Manggarai Timur – Proyek pengerjaan jalan lapisan penetrasi makadam (lapen) di ruas Sp. Lima–Sp. Kalang Maghit, Desa Gising, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, kembali mengalami kerusakan meski baru diperbaiki. Warga pun meminta aparat penegak hukum, khususnya Polres Manggarai Timur, untuk mengusut pihak-pihak yang bertanggung jawab atas proyek tersebut.
HR, salah satu warga setempat, membantah tudingan dari pihak kontraktor yang menyebut kerusakan disebabkan oleh aktivitas masyarakat. Ia menilai, kerusakan justru disebabkan oleh buruknya kualitas pekerjaan.
“Kontraktor jangan asal menuduh masyarakat. Kerusakan ini bukan karena ulah warga, tapi karena kualitas pekerjaan yang buruk. Buktinya, baru selesai diperbaiki, jalan sudah rusak lagi. Bahkan saat pengerjaan, banyak material aspal bercampur tanah,” ujarnya, Sabtu (24/5/2025).
Ia juga meminta aparat penegak hukum, khususnya Unit Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Polres Manggarai Timur, untuk memeriksa proyek tersebut secara menyeluruh.
Sebelumnya, DH, warga lain di Elar Selatan, mengatakan bahwa kerusakan jalan mulai terlihat hanya beberapa bulan setelah proyek selesai dikerjakan. Perbaikan sempat dilakukan pada awal Mei 2025, menyusul inspeksi oleh tim Panitia Khusus (Pansus) DPRD Manggarai Timur untuk Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) Bupati Tahun 2024.
“Setelah perbaikan pertama, sekarang sudah rusak lagi, terutama di titik-titik yang sebelumnya diperbaiki,” kata DH. “Padahal belum sampai sebulan.”
Proyek jalan ini dikerjakan pada 2024 oleh CV Arta Prakarsa, sebuah perusahaan yang beralamat di Bajawa, Kabupaten Ngada, dengan nilai kontrak sebesar Rp837 juta yang bersumber dari APBD Manggarai Timur.
Proyek tersebut sebelumnya telah menjadi sorotan publik. Dua anggota DPRD Manggarai Timur, Rikard Persly dan Paulus Yohanes Poni, bahkan mengunggah video kondisi jalan rusak ke media sosial. Dalam video tersebut, terlihat lapisan aspal yang mengelupas dan permukaan jalan yang diduga dilapisi tanah.
Menanggapi kondisi tersebut, Fransiskus Xaverius, Direktur CV Arta Prakarsa, menyebut kerusakan terjadi akibat kendaraan warga yang tetap melintas saat proses pengerjaan berlangsung.
“Waktu kami kerja, kendaraan masyarakat tetap lewat, padahal sudah kami palang. Tapi karena tidak ada jalan alternatif, mereka tetap memaksa lewat,” katanya saat dikonfirmasi pada Jumat (23/5/2025).
Ia juga menjelaskan bahwa titik jalan yang rusak berada di area menanjak dan tidak memiliki drainase, sehingga mudah rusak ketika hujan turun.
“Dalam waktu dekat kami akan lakukan perbaikan setelah dana tersedia. Kami juga mohon kerja sama masyarakat agar tidak melintasi jalan saat proses pengerjaan berlangsung,” tegasnya.
Penulis : Firman Jaya