DETIKNET.id – Warga Desa Rana Masak, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, mendesak aparat penegak hukum untuk memeriksa semua PPK dan Kontraktor proyek air minum bersih yang kini terbengkalai.
Yandri Andung, salah satu warga desa itu mengatakan, proyek bernilai miliaran rupiah tersebut tidak mendatangkan manfaat bagi warga.
“Kami minta penegak hukum untuk periksa pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap proyek air bersih di Desa Rana Masak,” katanya.
Proyek air minum bersih di Desa Rana Masak dianggarkan secara bertahap sejak 2018 hingga 2021.
Menyitir LPSE Manggarai Timur, pada 2018, pemerintah daerah itu menganggarkan dana Rp905.819.607 untuk proyek air bersih tersebut dan dikerjakan oleh CV Dian Jaya
Kemudian, pada 2019, Pemda Manggarai Timur kembali mengalokasikan dana sebesar Rp1.186.008.500 untuk proyek yang sama, dikerjakan oleh CV Bakti Putra Persada.
Lalu, pada 2020, anggarannya bertambah menjadi Rp2.705.550.000 dan dikerjakan oleh PT Arison Karya Sejahtera.
Selanjutnya pada 2021, sebanyak Rp204 juta dana kembali digelontorkan untuk pemeliharaan, dikerjakan secara swakelola oleh Dinas PUPR.
Yandri mengatakan “sangat kecewa” dengan program Pemerintah Daerah Manggarai Timur yang terkesan “menghambur-hamburkan uang negara” tersebut.
Ia meminta Dinas PUPR Manggarai Timur bertanggung jawab dan segera mengambil langkah konkrit agar air bisa mengalir di pipa-pipa yang kini terbengkalai di pinggir jalan tersebut.
“Ini proyek hanya memberi harapan palsu. Kami butuh air bersih, bukan hanya pipa,” katanya.
Pantauan Detiknet.id pada Minggu, 25 Mei 2025, pipa-pipa berwarna hitam terlihat di sisi jalan di wilayah Desa Rana Masak. Di rumah-rumah warga tampak meteran air sudah terpasang.
Kendati pipa dan meteran sudah terpasang, “airnya sudah lama tidak keluar,” kata Yandri Andung.
Ia mengatakan, air dari pipa proyek itu mengalir hanya sekitar selama satu minggu usai diresmikan pada 2021.
“Sampai saat ini, airnya sudah tidak keluar lagi,” katanya.
Detiknet.id menyaksikan banyak warga Rana Masak terpaksa menggunakan air dari kolam yang mereka gali di pinggir kali mati yang berjarak sekitar 100 meter dari pemukiman. Mereka harus antre hingga malam hari demi mendapatkan air.
“Kalau musim kemarau, kami beli air tangki,” kata Gedi, warga Rana Masak lainnya.
Penulis : Firman Jaya