Manggarai Timur — Strategi politik Anggota DPRD Kabupaten Manggarai Timur dari Fraksi Partai NasDem, Elvis Jehama, kini menjadi sorotan tidak hanya di panggung politik lokal, tetapi juga di ruang-ruang akademik. Adalah Gabriela Tara Nera Mbalur—mahasiswa Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL), Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang—yang menjadikan manuver politik Elvis sebagai objek utama penelitian skripsinya.
Tara, perempuan muda asal Bugis, Kecamatan Borong, Manggarai Timur, kembali ke kampung halamannya bukan untuk sekadar melepas rindu, melainkan untuk menjalankan misi akademik yang berani: menelusuri dan mengurai strategi elektoral seorang politisi muda yang sukses menembus gelanggang politik daerah melalui jalur grassroots pada Pemilu Legislatif 2024.
“Saya melihat pendekatan politik Bung Elvis tidak hanya otentik, tapi juga sarat dengan kearifan lokal. Ada sesuatu yang berbeda, yang membuat saya tertarik menelitinya lebih dalam dari perspektif ilmiah,” ujar Tara usai melakukan sesi wawancara mendalam dengan sejumlah narasumber.
Penelitian ini menyoroti bagaimana strategi komunikasi, struktur jaringan relawan, serta keterlibatan komunitas lokal menjadi modal utama dalam perolehan suara Bung Elvis. Tara menggali informasi dari berbagai sumber, termasuk Ketua Garda Pemuda NasDem Manggarai Timur dan Elvis Jehama sendiri. Pertanyaan-pertanyaannya dinilai tajam, reflektif, dan berorientasi pada pembacaan politik dari bawah—perspektif yang selama ini sering luput dalam kajian elektoral konvensional.
Elvis Jehama: Sosok Muda dengan Narasi Politik Kaki Lima
Elvis Jehama, yang akrab disapa Bung Elvis, adalah potret politisi muda yang menjawab tantangan zaman dengan integritas dan kerja nyata. Lahir di Ndalir, Desa Golo Tolang, Kecamatan Kota Komba, pada 18 Mei 1990, Elvis tumbuh dalam realitas sosial yang penuh dinamika. Pengalaman hidupnya di tengah masyarakat membuatnya peka terhadap ketimpangan dan persoalan-persoalan sosial di daerah.
Sejak duduk di bangku kuliah, jejak perjuangannya telah terlihat jelas. Ia aktif memimpin dan terlibat dalam berbagai organisasi kemahasiswaan strategis. Pernah menjabat sebagai Ketua KMK FISIP Undana (2010), Wakil Ketua BLM FISIP (2011), Ketua Komisariat GMNI FISIP Undana (2011), hingga akhirnya dipercaya sebagai Ketua DPC GMNI Kupang periode 2013–2015.
Keterlibatannya dalam dunia pergerakan mahasiswa menjadi fondasi penting dalam pembentukan karakter politiknya. Elvis dikenal sebagai figur yang tidak hanya berbicara tentang perubahan, tetapi juga memperjuangkannya melalui kerja-kerja nyata.
Tahun 2022, ia mulai masuk ke dalam struktur Partai NasDem Manggarai Timur dan langsung dipercaya menjadi Wakil Ketua Bidang Kaderisasi. Ini bukan sekadar promosi struktural, tetapi pengakuan terhadap kapasitasnya dalam membangun gerakan politik yang progresif dan inklusif.

Dari Basis ke Parlemen: Kemenangan Politik yang Tumbuh dari Rakyat
Langkah Elvis maju sebagai calon anggota legislatif pada Pemilu 2024 dari Daerah Pemilihan (Dapil) V Kota Komba dan Kota Komba Utara tidak diambil secara instan. Keputusan ini dilatarbelakangi oleh kegelisahannya atas berbagai problem sosial di akar rumput yang selama ini tak kunjung terselesaikan.
Dengan pendekatan yang membumi, Elvis membangun kekuatan politiknya dari solidaritas komunitas muda dan jaringan sosial yang telah ia rawat sejak lama. Ia berbicara dalam bahasa rakyat, hadir dalam ruang-ruang dialog masyarakat, dan tidak segan-segan ikut serta dalam aksi kemanusiaan saat bencana atau krisis sosial terjadi.
Tidak heran jika pada Pemilu 2024, ia berhasil mengamankan kursi DPRD Kabupaten Manggarai Timur dengan dukungan suara yang signifikan.
Politik yang Tidak Elitis
Kini, di Gedung DPRD, Bung Elvis dikenal sebagai legislator yang tak hanya vokal dalam forum, tetapi juga aktif turun ke lapangan. Ia bukan tipe wakil rakyat yang bersembunyi di balik meja dan pendingin ruangan. Ketika bencana melanda atau rakyat kesulitan mengakses layanan dasar, Bung Elvis kerap menjadi yang pertama datang. Ia membantu bukan untuk pencitraan, melainkan karena panggilan nurani.
“Bagi saya, politik adalah alat perjuangan untuk menghadirkan keadilan dan keberpihakan, terutama kepada kelompok yang selama ini terpinggirkan. Politik yang baik tidak boleh elitis,” tegasnya dalam wawancara dengan peneliti.
Komitmennya terhadap kemanusiaan tidak hanya sebatas retorika. Ia dikenal sering menggunakan dana pribadinya untuk membantu anak-anak putus sekolah, korban bencana, hingga warga yang membutuhkan bantuan kesehatan.
Politik Lokal sebagai Cermin Perubahan Nasional
Penelitian yang dilakukan Tara membuka ruang diskusi baru dalam dunia akademik-politik: bahwa kemenangan politik tidak selalu harus melalui modal besar dan elite jaringan, tetapi bisa juga dibangun melalui kepercayaan, kehadiran, dan konsistensi pengabdian.
Tara meyakini bahwa kisah Bung Elvis bukan sekadar kisah lokal. Ini adalah refleksi dari dinamika politik baru yang sedang tumbuh di Indonesia: politik yang tumbuh dari bawah, dari rakyat, untuk rakyat.
Dengan pendekatan akademis yang serius, Tara sedang menuliskan salah satu babak penting dalam sejarah politik Manggarai Timur. Sebuah karya ilmiah yang tidak hanya akan memperkaya kajian ilmu politik di kampus, tetapi juga bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda tentang bagaimana politik bisa dijalankan dengan hati, integritas, dan keberanian.
Penulis : Firman Jaya