Kupang, Nusa Tenggara Timur – Peredaran rokok ilegal di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) semakin meningkat dan menjadi perhatian berbagai pihak. MS, seorang pengusaha asal Manggarai Raya, mendesak Komisi I DPR RI untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja Badan Intelejen Negara (BIN) yang bertugas di wilayah NTT. MS menilai BIN belum mampu memutus jaringan peredaran rokok ilegal yang masuk ke daerah tersebut.
Menurut MS, terjadi peningkatan signifikan kasus penyelundupan dan peredaran rokok ilegal di beberapa kabupaten di NTT. Rokok tanpa pita cukai tersebut tidak hanya merugikan negara dari sisi penerimaan pajak, tetapi juga berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat karena kualitasnya tidak terjamin.
“Kami melihat peredaran rokok ilegal di NTT sudah mencapai titik kritis. Ini bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga berkaitan dengan keamanan dan kesehatan publik,” ujar MS.
Sementara itu, Andri , seorang pemuda asal Manggarai, turut meminta agar BIN memperbaiki sistem pengawasan intelijen di wilayah perbatasan serta jalur distribusi yang selama ini menjadi celah masuknya rokok ilegal. Kerja sama lintas instansi dianggap sangat penting untuk menekan peredaran barang ilegal yang merugikan negara.
Rokok Ilegal Jenis Humer Dominasi Pasar Gelap di Flores
Bea Cukai Labuan Bajo dan Ombudsman NTT sebelumnya melaporkan maraknya peredaran rokok ilegal di wilayah Flores dan Sumba. Berbagai merek rokok non-resmi, termasuk merek Humer, teridentifikasi beredar luas di pasaran. Merek Humer diduga tidak terdaftar di Pangkalan Data Kekayaan Intelektual (PDKI) Kementerian Hukum dan HAM, sehingga berstatus sebagai produk ilegal.
Berdasarkan informasi yang diperoleh DetikNet.id, terdapat dugaan keberadaan 15 agen rokok Humer tanpa pita cukai di Flores, NTT, dengan rincian sebagai berikut:
1. YM — Anam
2. J — Wae Mbleng, Manggarai
3. V — Ruteng, Manggarai
4. F — Tentang
5. A — Terang
6. S — Anam, Ruteng
7. Toko W — Nekang, Ruteng
8. Toko K — Ruteng
9. Baba M — Lempe, Ruteng
10. C — Bajawa Kota
11. Koko R — Labuan Bajo, diduga memasok satu kontainer sekaligus
12. P — Manggarai, bertugas di Malang sebagai penyuplai Humer
13. TT — Ruteng, sopir ekspedisi penyuplai Humer
14. Toko C — Cancar
15. Toko I — Cancar
Penulis: Firman Jaya