Scroll untuk baca artikel
OPINI

Mimpi Anak Desa yang Terkubur di Balik Ketimpangan Pendidikan

×

Mimpi Anak Desa yang Terkubur di Balik Ketimpangan Pendidikan

Sebarkan artikel ini
Mimpi Anak Desa

Ketika kita berbicara tentang kemajuan bangsa, sering kali perhatian kita tertuju pada gemerlap kota besar—pada gedung-gedung tinggi yang menjulang dan universitas ternama yang melahirkan para pemimpin.

‎Namun, di balik hiruk-pikuk itu, ada tempat yang seharusnya tidak pernah kita lupakan: desa. Di sanalah akar kehidupan bangsa ini tumbuh. Sayangnya, di sanalah pula tantangan pendidikan masih terasa paling nyata.

‎Pendidikan di desa bukan sekadar soal angka partisipasi sekolah atau ketersediaan bangku dan papan tulis. Ia adalah tentang harapan dan kesempatan. Di sebuah gubuk kecil di pedesaan, seorang anak bisa memiliki kecerdasan luar biasa dan semangat belajar yang menyala-nyala, tetapi redup karena keterbatasan fasilitas, tenaga pengajar, atau bahkan sekadar akses internet.

‎Padahal, potensi anak desa sama besarnya dengan anak kota. Yang membedakan hanyalah lingkungan yang membentuk mereka dan peluang yang diberikan.

‎Pentingnya pendidikan di desa tidak dapat dilepaskan dari peran desa itu sendiri dalam menjaga keseimbangan sosial dan ekonomi bangsa. Desa adalah lumbung pangan, penjaga budaya, sekaligus penopang keberlanjutan lingkungan. Namun, semua itu hanya dapat dipertahankan jika masyarakat desa memiliki pengetahuan dan kesadaran yang cukup.

‎Pendidikanlah yang menanamkan kemampuan berpikir kritis, keterampilan teknologi, dan wawasan global—tanpa mengikis nilai-nilai lokal.

‎Bayangkan jika setiap anak di desa memiliki akses terhadap pendidikan yang layak. Petani tidak hanya menanam padi, tetapi juga memahami cara mengolah hasil pertanian dengan teknologi modern. Pemuda desa tidak perlu meninggalkan kampung halamannya untuk mencari pekerjaan karena ia mampu membangun usaha kreatif berbasis potensi lokal. Perempuan desa tidak lagi dipandang hanya sebagai pengurus rumah tangga, tetapi juga sebagai agen perubahan di komunitasnya.

‎Semua itu bermula dari satu hal: pendidikan yang adil dan merata.

‎Namun, pendidikan di desa bukan semata urusan pemerintah atau guru. Ia adalah tanggung jawab bersama. Masyarakat, lembaga swadaya, dunia usaha, hingga mahasiswa yang melakukan pengabdian semuanya memiliki peran dalam menyalakan obor pengetahuan di tempat-tempat yang jauh dari pusat kota.

‎Membangun perpustakaan kecil, mengajar membaca anak-anak, memperkenalkan literasi digital, atau sekadar menjadi inspirasi—semua itu bisa menjadi langkah sederhana menuju perubahan besar.

‎Pada akhirnya, pendidikan di desa adalah cermin sejati dari keadilan sosial. Sebuah bangsa baru benar-benar maju bukan ketika gedung-gedung pencakar langit berdiri megah di kota, melainkan ketika setiap anak di pelosok desa bisa bermimpi dan memiliki jalan nyata untuk mewujudkannya.

‎Karena di tangan merekalah masa depan Indonesia tumbuh—tenang, sederhana, tetapi penuh harapan.



Oleh: Justus Petrus Karma, S.Pd
‎Pemuda Desa Poto, Kecamatan Fatuleu Barat
‎Alumni Program Studi Pendidikan Sosiologi
‎Universitas Muhammadiyah Kupang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *