DETIKNET.id – Masyarakat dan keluarga aktivis Rudolfus Oktavianus Ruma alias Vian Ruma mendesak polisi untuk mengusut tuntas kasus kematiannya.
Vian Ruma ditemukan meninggal pada 5 September di sebuah gubuk bambu di Desa Tonggo, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo.
Kasus kematian aktivis NTT Rudolfus Oktavianus Ruma alias Vian Ruma (30) sampai saat ini belum menemukan titik terang.
Diketahui kondisi tubuh Vian yang tidak menapak lantai gubuk dan penggunaan tali sepatu yang melingkari lehernya menimbulkan pertanyaan tentang penyebab sebenarnya di balik kematiannya. Banyak yang meragukan bahwa itu adalah kasus bunuh diri
Kepolisian Resor Nagekeo, Polda NTT, merencanakan melakukan ekshumasi dan autopsi terhadap jenazah Vian Ruma untuk mengatahui penyebab kematiannya.
“Kami akan berkoordinasi dengan pihak keluarga untuk melakukan ekshumasi dan autopsi agar bisa diketahui secara pasti penyebab kematian korban,” kata Kapolres Nagekeo AKBP Rachmad Muchamad Salili saat dikonfirmasi dari Kupang, Rabu sore (10/9/2025).
Rachmad menegaskan pihaknya masih mendalami kasus tersebut dengan meminta keterangan sejumlah saksi, termasuk orang yang pertama kali menemukan korban yakni kepala desa, ketua RT, dan pihak keluarga.
Menurut dia, hasil visum luar terhadap jenazah belum dapat memastikan penyebab kematian karena kondisi tubuh korban sudah membusuk.
“Diduga korban sudah meninggal sekitar empat hari sebelum ditemukan,” ujarnya.
Sementara itu, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui rilis resminya mendesak pihak kepolisian mengusut tuntas kematian Vian Ruma.
“Walhi NTT mendesak Kepolisian Resor Nagekeo untuk mengusut tuntas kasus ini secara transparan, profesional dan akuntabel, Rabu (10/9/2025).
Walhi sebelumnya juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan sahabat terdekat Vian, dan mengajak masyarakat untuk terus mengawal proses hukum demi memastikan kepastian dan keadilan bagi keluarga Vian.
Walhi NTT juga menyampaikan pelindungan terhadap aktivis, pendidik, serta masyarakat yang berjuang untuk lingkungan hidup dan masa depan daerah merupakan sesuatu yang penting.
“Walhi NTT percaya bahwa kebenaran harus diungkap dan keadilan harus ditegakkan. Kematian almarhum Vian Ruma tidak boleh dibiarkan menjadi misteri tanpa jawaban,” tulis Walhi NTT.
Sorotan untuk tuntaskan kasus Vian Ruma juga disuarakan anggota Komisi XII DPR RI Yulian Gunhar.
Dirirngya menyampaikan keprihatinan dan duka cita mendalam atas meninggalnya aktivis muda asal Nusa Tenggara Timur (NTT), Vian Ruma (30), yang dikenal aktif dalam gerakan penolakan proyek geotermal di Pulau Flores.
“Saya menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga almarhum Vian Ruma. Kepergian beliau bukan hanya kehilangan bagi keluarga, tetapi juga kehilangan bagi gerakan lingkungan yang selama ini diperjuangkannya,” ujar Gunhar dalam keterangan tertulis, Rabu (10/9/2025).
Gunhar mendesak aparat kepolisian bersama pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah (Pemda) setempat segera mengusut tuntas kasus kematian Vian yang diduga tidak wajar.
Menurutnya, jika memang terdapat unsur kekerasan dan pembunuhan, maka harus diungkap secara terang benderang dan transparan pelakunya, agar tidak menimbulkan spekulasi di masyarakat.
“Pengungkapan yang transparan sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik. Jangan sampai kasus ini melahirkan kecurigaan di tengah masyarakat, terkait pembungkaman para aktivis lingkungan,” tegasnya.
Alarm Perlindungan Bagi Aktivis
Gunhar menyoroti bahwa kematian tak wajar Vian menambah daftar panjang kasus aktivis lingkungan yang meninggal dalam kondisi mencurigakan.
Hal ini, menurutnya, menjadi alarm bagi negara mengenai pentingnya perlindungan terhadap aktivis lingkungan yang kerap berada di garis depan memperjuangkan kelestarian alam dan hak masyarakat lokal.
“Pengembangan energi terbarukan seperti geotermal memang penting, tetapi harus ditempatkan dalam kerangka keberlanjutan. Artinya, tetap menghormati kelestarian lingkungan, kearifan lokal, keselamatan warga, serta ekosistem,” katanya.
Gunhar menegaskan bahwa tidak boleh ada praktik intimidasi, kekerasan, atau kriminalisasi terhadap aktivis yang kritis terhadap proyek-proyek strategis pemerintah maupun swasta.
“Tragedi ini harus menjadi momentum bagi semua pihak untuk memperkuat komitmen terhadap perlindungan aktivis lingkungan. Partisipasi publik dalam pembangunan harus dihormati, bukan dibungkam,” tandasnya.
Ditemukan Tewas Mengenaskan
Sebagaimana diketahui, Vian Ruma ditemukan meninggal dalam kondisi tergantung di sebuah pondok kebun di Desa Tonggo, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, pada Jumat (5/9/2025). Vian dikenal aktif menolak proyek geotermal di Pulau Flores, NTT.
Saat ditemukan, korban dalam posisi tergantung dengan seutas tali sepatu, namun lutut masih menekuk dan telapak kaki menyentuh lantai bambu.
Sejumlah barang pribadi korban, seperti telepon genggam, tas, sepatu, dan sandal, masih berada di sekitar tubuh, sementara sepeda motor korban ditemukan di luar pondok.
Vian Ruma dikenal sebagai aktivis yang menyoroti isu lingkungan dan geothermal di Nagekeo. Selain itu, ia juga bekerja sebagai guru Matematika di SMPN 1 Nangaroro.
Kapolres juga mengaku belum bisa menyampaikan lebih jauh atau secara mendalam terkait meninggalnya aktivis lingkungan tersebut.